Untuk Kekasihnya


Tak terasa sekian tahun berlalu tanpa hadirmu dan tak terasa pula hati ini semakin terbiasa sendiri, hampir setiap malam aku membayangkan wajahmu dan detik itupun selalu kupinta kepada tuhan untuk kau kembali kedalam dekapanku.
Sesungguhnya hati ini meronta namun ruang dan waktu dalam sendu ini memaksaku untuk tetap hanya berdoa dan memandangimu dari kejauhan, semakin kau kupandang namun tak kupegang jemarimu semakin terkuliti rasanya hati ini.
Bodohnya aku yang dulu meninggalkanmu untuk sosok lain yang ternyata hanya euforia semata, kusesali semua, kuingin engkau kembali, kuingin engkau yang kucintai sampai kuingin engkau yang terakhir menemaniku menghela nafas terakhir didunia ini.
Jika aku tak pantas bersanding denganmu, jika aku tak baik untukmu dan jika aku bukan jodohmu, percayalah sampai detik ini hanya engkau kekasih yang kucintai, Jika terlalu berharapku untuk memilikimu kembali seumur hidupku, satu pintaku biarkan aku tetap mencintaimu seumur hidupku.

Engkau Dan Aku Yang Tak Tahu Diri


Perlahan tertatih melepas parasmu
Sendu pilu luka hati menderu dalam diri
Sejenak terlupakan parasmu dengan basuhan luka
Namun sekejap kembali kau hadir dalam bias-bias imajiku

Kuingat saat engkau memelukku saat aku hampir tak tahu apa arti hidup ini
Kuingat saat engkau menghanyutkanku dalam binar kebahagiaan
Kuingat saat engkau menidurkanku kala mimpi buruk tentang dunia bernaung
Kuingat saat engkau menghunus ketakutanku menghadapi dunia ini

Engkau yang begitu indah dan aku yang begitu manusia
Engkau yang memberiku cinta dan aku yang tak tau diri
Andai bisa kutebus cintamu kembali untukku
Satu kedipan matapun aku tak akan pernah melepaskanmu

Untuk engkau viana
Engkau adalah cinta yang tulus
Engkau berlian digurun emas
Engkau mentari dimendung pagi

 

Dua Ribu Tiga Belas


Hak cipta tulisan ini ada pada alamat blog www.seryz150588.wordpress.com

Dua ribu tiga belas.
Dan alunan ini kan selalu sama
Yang kau rasa. Juga kurasa.

Meliuk
Dan selalu meliuk.
Begitulah yang kutahu.
Sampai nanti saatnya berlabuh.

Kita adalah kumpualan yang isoteris
Yang pada tataran isi
Mencoba selalu bereskalasi

Jadi meski lewat duri yang satu
Pasti akan ada dua duri baru.
Karena kita mampu
Walau dunia selalu begitu.

Tegarlah !


Bangun engkau setelah sekian malam berjelaga
Pagi berulang bimbang hati tak karuan
Sembab mata pedih masih sisa air sedih

Deretan pendapat teman, petuah dan kisah orang
Tak jua usir senyap pengap engkau rasa
Justru benak terpojok situasi serba salah

Bingung dilema kehendak mesti bagaimana
Lelah pasrah beban berat semakin
Tapi juga hati bicara engkau sebenarnya butuh
Meski sakit terkoyak jiwa berkeping
Inilah benar adanya,inilah memang keadaanya

Yakinlah bahwa ini akan mendewasakan
Lepas perlahan, biar waktu yang menentukan
Jangan putus asa, tetaplah tegar…

Jepara, 13 Desember 2011

Langit pun juga galau


Galau Akut
Diluar , riuh hujan sedang menari – nari
Disini , dingin jemari bermain koin berlari – lari
Mengalih hati cemas sejak hangat mentari

Sesampai sekarang masih tunggu berita
Gelisah rasa halau tak jenak;
Tak nyenyak
Risauku membelah ;
Galau mengacau

Apa yang terjadi pada engkau ?
Padahal fajar tadi masih kudengar keluhmu
Kisahmu yang menghanyut aku sedalam

Mesti ku tanya pada siapa ?
Pada gelap awan ini kah? Dia bisu.
Pada gemuruhnya kah?
Atau entah….

Jepara 12 Desember 2011

Kolam iblis


kolam iblis

Gelap semalam ada yang tenggelam dalam kolam iblis
Karena dia kehilangan nasehat
Mungkin dia putus asa, atau ?
Dia ingin tahu bagaimana berenang dengan iblis dalam kolam
Bisa juga …

Dibalik suara lain dia juga mengungkap :
” Ingin kuretas rencana Tuhan ”
Setelah itu, dia akan bangun dinding penghalang
Apa dia sedang mengigau ?
Bagaimana mungkin bisa meretas rencana Tuhan !

Tapi lirih sendu setelahnya dia ucap :
” Bolehkah aku pinta restumu ? ”
Maka jika aku menjadi orang yang dia tanya, kan ku jawab :
” aku bingung dengan alur lalu lintas pikiranmu ?”
Bagaimana bisa ada restu jika dia sendiri belum bicara apa yang dia inginkan ?

Mungkin dia sedang galau
Hatinya sedikit tawar
Seperti air sumur tak berasa manis pun pahit
Pikiran dan perasaanya sedang diadu domba

Lalu Kutengok kembali Wajah kalem itu
Pintanya berharap ingin didampingi :
” Aku takut, tolong temani aku “

Cinta yang bagaimana ?


cinta yang bagaimana

CINTA yang bagaimana yang engkau inginkan aku untuk melakukan itu padamu …??

Apakah CINTA yang mengajarkan tentang kearifan dan kebaikan, sebagaimana ibunda terhadap buah hatinya yang selalu mengajarkan kebajikan..

Apakah CINTA yang selalu teriring langkah keihlasan dan ketulusan, mencintai sepenuh dan sesungguh hati..

Apakah CINTA yang yang sederhana, menerima keadaanmu apa adanya, mencintaimu dengan adanya diriku yang apa adanya..

Apakah CINTA yang penuh pengertian dan kesadaran, mengerti apa yang engkau mau tanpa engkau minta, memahami engkau tanpa engkau tuntut aku untuk memahamimu..

Apakah CINTA yang penuh kasih dan sayang, yang mendamaikan engkau saat gelisah menggejolak hatimu, yang memberimu rasa nyaman dan ketenangan..

Cinta yang bagaimana ?
Bisikan perlahan kepadaku sebelum malam nanti cintaku dibeli oleh mimpi.

 

Jepara, 04 sept 2011

Apa maumu ?


marahKau kira telah tawar hatiku ?
Kau sangka bahwa pudar hatiku ?
Juga kau menerka jika hilang sudah rasaku ?

Ah, harusnya bisa terbaca maksud
Agar mengerti kehendak ingin kubangun istana untukmu
Tapi, salah kau artikan sikap
Ahirnya putus harap

Dan terserah !
Itu yang akhirnya sering sengaja terucap
Celetukmu berulang kesal,
Cetusmu kecut menuntut Tuhan
Bahkan kau salahkan !

Jika cita kau tabur untuk bunga kau damba
Mengapa justru mematah ranting sebelum sempat tercium wewanginya

Lantas apa yang sungguh kau mau ?
Jika sudah seperti ini …

Jepara, 02 Februari 2012

Apa sih..!


apa sih

:Ali Zaenal Albar

hmmm…
ku hela nafas, ragu
ku buka pintu yang lama tak ku ketuk
ruang lawas lengkap dengan prabot lapuk
wewangian menyan romantisme yang masih tersuak

satu-dua kali langkah ku beranikan diri memasukinya
aura mencekam, smakin mencekik dengan bayang-bayang slaksa masa lalu

hmmm…
ku hela nafas panjang…
ku pejamkan mata.
sisihkan tembok besar idealisme
sejenak beri kesempatan harmoni hati bersenandung
mungkin ini akan lebih bersahabat

hmh…
ku hela nafas lagi, panjang…
ku buka mata.
PERLAHAN …
LIHATLAH…!
ruangan ini nampak lebih indah, teramat indah malah
sembarang tempat mawar putih menghias indah,
semakin indah dengan sejuta klopaknya yang menyambut lembut setapak peragu ini

hmmm…
ku hela nafas lagi, panjang, kali ini lebih panjang…
panjangggggggg banget…
betapa indah dan kagetnya aku.. WHOUUUU!!
ups…
“sejak kapan ranjang di ruangan ini bertambah lebar”
ini ranjang cukup, bahkan memang teruntuk 2 orang yang damai

huh…
kali ini ku biarkan jiwaku melayang entah kemana
ragu, kaget, shok, takut, risau, malu,
ENTAHLAH…
RANJANG ITU BENAR2 MENGAHANTUIKU

HEY…!
lihatlah selaksa paras anggunnya baru-baru ini seolah berpendar..
terang, terang banget, amat-teramat terang malah…
sdikit terangi senyum ini
tapi itu lebih dari cukup untuk tenggelamkan segala keindahan

HYAH…
setapak indah menuju persada damai
sedamai perangainya
KOMPLIT dengan kopi dari surga

Jepara, 18 Januari 2012

Bidadari – bidadariku


bidadari bidadari ku

:Ali Zaenal Albar

Bidadari-bidadari hari ini tertaut pandangannya pada danau kebebasan dan persamaan. hal baru seru mereka. dari kahyangn kemuliaan, biasan kilau danau menyilalukan mata mereka. entah hanya fatamorgana entah realita. tanpa izin rasio, mereka mencoba membuktikanny dengan turun langsung ke bumi.

berkas cahaya warna-warni padu-pelangi mengiringi segenap kepakan selendang kemuliaan mereka. sesampainya di danau itu, ada syarat yang harus mereka iyakan. jiika ingin menikmati segarnya mandi di telaga kebebsan itu. TANGGALKAN SELANDANG-SELENDANG PENGANTAR\KENDARAAN MEUJU KEMULIAAN KAHYANGAN. demi kilau kebebasan, tak pelak mereka pun rela melucutinya, tentunya tanpa melalui celah filter logika.

entah siapa yang membuat undang-undang seperti itu. Alamkah, atau ideologi jejeka TARUB, yang terlumuri nafsu birahi?, entahlah…

Yang pasti. hari ini tidak hanya satu dari tujuh bidadari yang tereksploitasi kepolosan dan kelembutannya dengan seribu-satu buaian kata cinta serta janji palsu TETARUB, selendang pengantar kemuliaan nun purna, tergadaikan oleh jejaka tak bermoral.
dan kini tujuh-tujuhnya pun terbuai sekaligus terkoyak dan tertikam kenistaan nun hina oleh kilau danau ideologi, imajiner, buatan segelintir insan bermoral tarub. insan?, lebih tepatnya, mereka yang mulai meninggalkan keinsanannya.

hi, bidadari-bidadariku…!

rebutlah kembali selendang-selndang hijab pengantar kemuliaan, dari tangan-tangan jejaka-jejaka bermoral tarub.
sebaliknya. terbuailah kalian dengan kilau-indah gaun suci FATIMAH, seraya mencoba tuk mengenakannya. jangan terbuaidengan laafadz-lafadz cinta tanpa ruh, dari mulut-retorik mereka.

kemaren, sekarang dan kelak Bunda ZAHRA denga sabar akan menunggu putri-putrinya tuk masuk surga kahyangan bersama beliau, seraya terus-menerus di temani kecemasan mendalam akan hadirnya kalian, bidadari-bidadari yang lupa diri. kegelisahan Bunda ZAHRA begitu jelas dengan peraduannya kepada ayah(pangeran dari arab untuk semesta, MUHAMMAD), suami(pujangga, sekaligus filosof sepanjang masa, ALI), serta kedua pangeran muda surga beliau(pangeran yang terampas singgah-sananya, HASAN, dan pangeran yang terabaikan dan terbunuh, HUSAIN), tuk mencari dan menjemput kalian, yang tersesat di belantara kebebasan ini, bahkan, sekalipun kalian mulai tergelincir dalam belukar-berapi nun menakutkan.

 

Jepara, 19 Mei 2010