Tegarlah !


Bangun engkau setelah sekian malam berjelaga
Pagi berulang bimbang hati tak karuan
Sembab mata pedih masih sisa air sedih

Deretan pendapat teman, petuah dan kisah orang
Tak jua usir senyap pengap engkau rasa
Justru benak terpojok situasi serba salah

Bingung dilema kehendak mesti bagaimana
Lelah pasrah beban berat semakin
Tapi juga hati bicara engkau sebenarnya butuh
Meski sakit terkoyak jiwa berkeping
Inilah benar adanya,inilah memang keadaanya

Yakinlah bahwa ini akan mendewasakan
Lepas perlahan, biar waktu yang menentukan
Jangan putus asa, tetaplah tegar…

Jepara, 13 Desember 2011

Langit pun juga galau


Galau Akut
Diluar , riuh hujan sedang menari – nari
Disini , dingin jemari bermain koin berlari – lari
Mengalih hati cemas sejak hangat mentari

Sesampai sekarang masih tunggu berita
Gelisah rasa halau tak jenak;
Tak nyenyak
Risauku membelah ;
Galau mengacau

Apa yang terjadi pada engkau ?
Padahal fajar tadi masih kudengar keluhmu
Kisahmu yang menghanyut aku sedalam

Mesti ku tanya pada siapa ?
Pada gelap awan ini kah? Dia bisu.
Pada gemuruhnya kah?
Atau entah….

Jepara 12 Desember 2011

Mengeja hatim-mu


Apakah senyum pelangi menjadi kecut bagimu ?

Basah embun telah menjadi batu kristal jiwamu;
Menjadikan dingin seisinya

Ku eja kembali bahasa hatimu
Setiap abjad menjadi kosa kata dengan tanya
Apa maksudnya ?

Semalam kutanyakan pada Tuhan. Dia diam.
Atap dan dinding tetap bisu

Dan setan menertawakan. Dia Mengejek.
Tapi iblis iri.
Karena ku mampu menjaga Cinta dengan aman
Meski dihujam hujat diantaranya

Perempuanku,
Apa ku sanggup membungkus sebanyak tak terhitung indahnya?
Juga sembilunya nanti

Jepara, 22 Feb 2012

Apa maumu ?


marahKau kira telah tawar hatiku ?
Kau sangka bahwa pudar hatiku ?
Juga kau menerka jika hilang sudah rasaku ?

Ah, harusnya bisa terbaca maksud
Agar mengerti kehendak ingin kubangun istana untukmu
Tapi, salah kau artikan sikap
Ahirnya putus harap

Dan terserah !
Itu yang akhirnya sering sengaja terucap
Celetukmu berulang kesal,
Cetusmu kecut menuntut Tuhan
Bahkan kau salahkan !

Jika cita kau tabur untuk bunga kau damba
Mengapa justru mematah ranting sebelum sempat tercium wewanginya

Lantas apa yang sungguh kau mau ?
Jika sudah seperti ini …

Jepara, 02 Februari 2012

Untung


untung

Bibirnya terkatup langit, kerak mengering
Matanya berpendar berkaca , itulah cara dia berbahasa
Tangan , juga kaki yang telanjang
Dekil tubuhnya kurus tulang;
Selalu saja menahan lapar,
Selalu saja bermimpi makan kenyang…
Bocah malang yang tersisihkan

Untung, begitulah nama sebutan dari teman – temanya
Sayang tak seberuntung anak gedongan,
Yang hidup berlimpah kemewahan, lupa pada Tuhan

Untung, memang dialah yang beruntung
Tumbuh waktunya dalam kearifan syukur
Belajar dan menelaah pada hidup yang sebenar benarnya
Walau tak berpredikat sarjana seperti anak kuliahan

Dengan sabarnya hati, sebagaimana bumi yang menerima
Dengan lapangnya jiwa, seperti luas biru samudra
Tak pernah putus asa, semangatnya terus berapi bara
Tak sedikitpun menyerah, selalu memperjuangkan mimpinya
Agar bisa makan kenyang…

Bangsri, 06 des 2011

Selaksa hati


selaksa hati

:Ani Hilma

angin – angin berasap arang gema berguruh
membungkus tawang hati rendah berharap
meranjat lamun dalam senyum kau rayu aku
waktu mencecah capai langkah terparuh,
retak terurai …
terjerahap aku di lembah cinta pujangga

harusnya logika sadar membenci
sebab kau tak cukup bisa menafsir isi dadaku
sayangnya,
hati bicara kehendak agar tetap mencintaimu

” Note : susunan bahasa dari puisi  yang asli telah ditata ulang “

Andai


Sore tiba abstrak gambaran langit tak secerah
laksana hati kali ini,
abu – abu, coklat, hitam …
terkesan warnanya durjana
kelam…

sebab janji itu nyatanya bual buaian
Padahal,
Ku daki selangit mencapai mega – mega asa kala itu
dan sekarang,
jatuh ahirnya hanyut membuih tenggelam.makin dalam

Kasih pada kekasih gelap-ku pun karam bersama karang
kisah tentang mimpi semalam hanya rayuan

Andai ku tak begitu berandai
ANDAI……

Komedi dua dunia satu hati


: inspired from the story of my friend :

Benih sedebu jatuh tumbuh
Meski sekecil …
Kelak mesti buah terasa manis madu

Ini adalah tentang komedi dua dunia satu hati
Dua anggapan berlainan yakin nanti ada keselarasan

Bukan mustahil lagi !
Tapi titik klimaks,
Tak hanya berhenti pada terminal obsesi

Bukan landai lagi !
Jalan sukar dan curam,
Justru memacu adrenalin hasrat cita dan cipta

Semua ini mungkin ….
Jika kau mau

Jepara,07 jan 2011

Gundah , ah sudahlah


Tampaknya ada suara – suara bersaut
Menderu !
Jauh di kolong dan lorong lorong sempit ruang kedap
Kedengaranya ada yang sedang diperbincangkan
Jiwa ini diam, hati ini pun turut sunyi
hmmmm…
Suasana hangat sontak menggemuruh seperti gelegar langit marah

Apakah ini adalah bisikan iblis
Picik mencoba membawa pada arah salah menilai sekedar
atau ?
ini suara setan, katanya …
Apa bedanya kalau begitu ?
Kedua sama halnya, berharap gembira tertawa terbahak meleceh jiwa gundah

Seketika rasanya senyap
Bersama hilir bayang bayang menggiring entah kemana
Hingga beratus tanya tak berjawab, makin terpasung aku dibuatnya

Ku lelah …
Suara lirih itu terdengar terlalu lemah
Tapi ku butuh …
Dan yang ini sedikit dramatis

Gundah, ah sudahlah …

Rahasia hati


kau membuat aku menunggu;
atau?
akulah yang tak mengerti, inginmu
bicaralah, atau tanyalah padaku?
mari kita selami sedalam palung hati

hingga memutih kapur rambutku pun
apa tetap seperti ini, kamu
apa yang sebenar kita ingin saling arti, rasa ?
apa yang sesungguh kita rasa, takutkah ?
bila nanti makin meraja sukma, cinta ?

ah, kurasa beda
sedikit, mungkin mulai kupahami
ini tak mudah untuk diterjemahkan hati
apa lagi kata….