Untuk Kekasihnya


Tak terasa sekian tahun berlalu tanpa hadirmu dan tak terasa pula hati ini semakin terbiasa sendiri, hampir setiap malam aku membayangkan wajahmu dan detik itupun selalu kupinta kepada tuhan untuk kau kembali kedalam dekapanku.
Sesungguhnya hati ini meronta namun ruang dan waktu dalam sendu ini memaksaku untuk tetap hanya berdoa dan memandangimu dari kejauhan, semakin kau kupandang namun tak kupegang jemarimu semakin terkuliti rasanya hati ini.
Bodohnya aku yang dulu meninggalkanmu untuk sosok lain yang ternyata hanya euforia semata, kusesali semua, kuingin engkau kembali, kuingin engkau yang kucintai sampai kuingin engkau yang terakhir menemaniku menghela nafas terakhir didunia ini.
Jika aku tak pantas bersanding denganmu, jika aku tak baik untukmu dan jika aku bukan jodohmu, percayalah sampai detik ini hanya engkau kekasih yang kucintai, Jika terlalu berharapku untuk memilikimu kembali seumur hidupku, satu pintaku biarkan aku tetap mencintaimu seumur hidupku.

Engkau Dan Aku Yang Tak Tahu Diri


Perlahan tertatih melepas parasmu
Sendu pilu luka hati menderu dalam diri
Sejenak terlupakan parasmu dengan basuhan luka
Namun sekejap kembali kau hadir dalam bias-bias imajiku

Kuingat saat engkau memelukku saat aku hampir tak tahu apa arti hidup ini
Kuingat saat engkau menghanyutkanku dalam binar kebahagiaan
Kuingat saat engkau menidurkanku kala mimpi buruk tentang dunia bernaung
Kuingat saat engkau menghunus ketakutanku menghadapi dunia ini

Engkau yang begitu indah dan aku yang begitu manusia
Engkau yang memberiku cinta dan aku yang tak tau diri
Andai bisa kutebus cintamu kembali untukku
Satu kedipan matapun aku tak akan pernah melepaskanmu

Untuk engkau viana
Engkau adalah cinta yang tulus
Engkau berlian digurun emas
Engkau mentari dimendung pagi

 

Intelektual Dungu


berbicara kelaparan dan ketertidasan
Lalu berdiskusi tentang neo kolonialisme
Bersama – sama brondong kata – kata hujatan
Menolak kapitalisme dalam setiap hirup nafas

Namun tak pernah tersadar tentang laku
Kita belum benar – benar terbebas dan merdeka
Secara ideologi maupun pola pikir
Terus saja otak bekerja sesuai dekte – dekte lama
Yang saat ini kita dengan lantang menentangnya

kaum intelektual yang dungu
Tak ubahnya keledai ataupun kerbau
kaum pintar yang berputar
Membolak balikan kebenaran demi perut yang lapar
Bisakah disebut kaum reportoar
Jika aksi kita selalu tersingkir di trotoar

Kemudian sama – sama bertanya pada toga para sarjana
Yang dengan angku tersenyum diatas sejuta penantian perubahan olehnya
Masikah ia bertengger di atas kepala sarjana yang egois
Sementara ketertidasan dan jerit tangis
Hanya dijadikan esai pada setiap seminar dan dikusi

kaum intelektual sama – sama menelaah
Pengejawantaan Tridarma
Mampukah merubah kemiskinan
Kita bekotemplasi pada ruang bertumpuk teori
Kemudian sama – sam bertanya pada cermin dalam hati
Kaum intelektaual yang bagaimana aku ini…..?

Kita berpasang mata pada setiap birokrat
bahkan berkata anjing pada tindak korupsi
Tapi memilih bungkam saat dijadikan pejabat
Namun berpuas diri ketika di atas kursi
Lalu tawa sadis mengiringi tangisan

27 November 2010 pukul 8:59

Dua Ribu Tiga Belas


Hak cipta tulisan ini ada pada alamat blog www.seryz150588.wordpress.com

Dua ribu tiga belas.
Dan alunan ini kan selalu sama
Yang kau rasa. Juga kurasa.

Meliuk
Dan selalu meliuk.
Begitulah yang kutahu.
Sampai nanti saatnya berlabuh.

Kita adalah kumpualan yang isoteris
Yang pada tataran isi
Mencoba selalu bereskalasi

Jadi meski lewat duri yang satu
Pasti akan ada dua duri baru.
Karena kita mampu
Walau dunia selalu begitu.

Tegarlah !


Bangun engkau setelah sekian malam berjelaga
Pagi berulang bimbang hati tak karuan
Sembab mata pedih masih sisa air sedih

Deretan pendapat teman, petuah dan kisah orang
Tak jua usir senyap pengap engkau rasa
Justru benak terpojok situasi serba salah

Bingung dilema kehendak mesti bagaimana
Lelah pasrah beban berat semakin
Tapi juga hati bicara engkau sebenarnya butuh
Meski sakit terkoyak jiwa berkeping
Inilah benar adanya,inilah memang keadaanya

Yakinlah bahwa ini akan mendewasakan
Lepas perlahan, biar waktu yang menentukan
Jangan putus asa, tetaplah tegar…

Jepara, 13 Desember 2011

SObat…..!!!! **


Asal beranjak dari pertemuan dahulu
Pertama mengenal jadi saudara hati
Bahkan habis waktu berdua terlalui
Seikat kata serasikan jiwa mendendang
Lantang berjalan meyatu tujuan
Dan hampir tak kan tercerai bahkan
pada kehidupan menimpa sekalipun

namun beralih kau mulai terbujuk rayu
pada siapa entah…..???????
seutas senyum pada hatimu memikat
menutup matamu dari benak kau terlupa semakin
akan janji kita pernah berkata bersua

dan lebih memilih mengejar menjadi budak cinta
pergi kau hapus makna artikan segala
tinggalkan jauh jejak langkah persahabatan
rajut senandung asmara benar kau tak teringat sekalipun

pudar bercecer seakan kau buang begitu saja
dari janji dan untai kata pernah terucap
pun tak kan pernah hirau dirimu pada
selama masih tergoda hatimu memanja cintamu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

** Syair ini terbuat ketika seorang sahabat karibku mulai meninggalkan arti sebuah persahabatan antara kita, melupakan semua ikrar yang pernah kita ucap. Hanya karena wanita ….!!! bahkan seakan dia telah lupa bahwa aku adalah sahabatnya …..!!! kita sudah mulai jarang bersama bahkan bisa dibilang tak pernah lagi….

Semoga apa yang aku rasakan ini hanya lelucon pikiran yang tak benar ….
semoga makna persahabatan itu kan kembali seiring kesadaran hati mengilhami …
maafkan aku sobat karena aku telah berprasangka padamu …???

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

dilarang copy paste bung...!!!

Tertipu Sunyi


Sungguhkah aku harus percaya Pada siapa ???
Bisik membujuk menggelitik itukah
Lirih merambah sunyi hati itukah
Justru semakin lusuh dan enggan
Sekian kali sudah terjebak
Tertipu oleh wajah malam berjubah
Suguhkan kedamaian katanya
Namun tak berhakikat sebenarnya
Dan hanya kan ada kepalsuan yang tampak
Pada kidung kesunyian selalu fana terlihat
Selamanya dalam kebadian semu
Sampai masa habiskan sisa puing jiwa terluka

dilarang copy paste bung...!!!

Kecewa….


Pecah berserak luluh hati mengadu
Tak tertahan ingin luap meronta
Benamkan perih rasa terpatri kecewa
Kadang resah harapku terpendam amarah
Tinggalkan hilang terjang lara
Hanyut hingga terbawa
Menepi di perasingan dan tak berarti lagi

Terus berulang tak hanya itu
Lebih dari ketidakpedulianmu
Berpaling bahkan pergi habis kau lukai
Seakan tak bersalah cobalah kau adili dirimu sendiri

Dan tak akan mampu kau mau mengerti
Terkecuali maaf yang berkali sering kau ucap
Bukan berarti dapat mengobati luka kau toreh
Bahkan merapuhkan hampir berhenti denyut nadi

dilarang copy paste bung...!!!

Sia sia belaka ….!!!!!


Usailah cahaya itu tak setitikpun menjadi terang
Terpadam terlalu musnah tak berarti
Lebih dari pekat gelap sunyi
Dan bukan pula tahta singgasana jiwa
Mustahillah aku tertempatkan diatas derajat tertinggi
Bahkan seperti tak berguna
Dari sekadar bayang pancar air mata
Hingga terbuang sudah sia – sia waktu membisu
Selama sekian tanpa batas harap bertuah mimpi belaka
Menghapus lenyap jejak yang dulu tertoreh
Tak bersisa apapun terkecuali
Melainkan sia – sia semata

dilarang copy paste bung...!!!

Pada-MU Tuhan


Suci tulus bersembah hati nan kotor
penuh bercak bernoda dosa
pada-MU bersimpuh hanya aku mampu
Atas kuasa segala dalam jagad KAU cipta
Tertunduk sujud takut menguasai
Ketika setiap ketenangan hanyut
Dalam kolam jiwa
Hingga tertumpah sudah bertuah
Lantun nurani penyesalan abadi
Merambat sepi diantara lelap mereka tertidur
Sambil junjung merendah menengadah
Bertumpu silang diatas altar keagungan-MU
Hanya harap hamba dapat merasa
Atas maaf dan hidayah KAU tunjukan
Menitih meraih cinta dan kasih-MU

dilarang copy paste bung...!!!