Ku pahat wajah Tuhan


memahat wajah tuhan

:Ali Zaenal Albar

 

Di belakang rumah kayu beratapkan welit, seorang pemahat dudk termangu demi melihat sebatang kayu yang akan di garapnya. pemahat mulai memikirkan pola apa yang akan di garapnya.

sesaat pemahat memandangi langit yang begitu indah, “karya yang begitu indah” suara hati meneduhkan jiwanya.
“MAHAKARYA, ya aku ingin membuat relif agung, dan objeknya harus AGUNG…!!” antusiasme yang tingggi mendorongnya lekas-lekas menyiapkan 35 varian pahat, beserta palu kayu tu’ memukulnya.
kini pemahat menaruh bongkahan kayu di atas meja kerjanya. dalam angannya ia meminta izin pada objeknya. “gusti… ku ingin memahat WAJAHMU, betapa indah, dan cerahnya langit yang kau bentangkan, dan betapa indahnya kebun-kebun yang kau hamparkan. dan itu menunjukkan betapa MAHA INDAHNYA yang menciptakan ini semua. YA. GUSTI… ku ingin memahat wajahMU”

pemahat hanya mempunyai sedikit pola gambaran tentang wajah tuhan.
“tuhan tidaklah sama dengan ciptaanNYA” setidaknya itu yang pernah ia dengar dari guru spiritualnya.
pemahatpun memulai pekerjaannya dengan menggarap bagian atas terlebih dahulu. Ya. tentunya itu bagian rambut tuhan “model rambut yang seperti apa ya? yang sama sekali berbeda dengan model rambut makhluknya?”
sejenak pemahat mencari-cari gambaran, hingga akhirnya melanjutkan garapan ke bagian jidat tuhan. pertanyaan serupa pun mulai menggelyuti benaknya. dan “selebar apa jidat TUHAN?” mengakhiri pertanyaan tentang pola jidat tuhan. kali ini pemahat memerlukan waktu yang cukup lama sebelum akhirnya ia melanjutka ke bagian matanya.
Siti… YA… pemahat teringat betapa indah mata Sitii… “duh gusti alisnya bak bulan sbit, kedua bola matanya memancarkan cahaya, dan tatapannya gusti… bak pisau yang siap menyayat hati setiap pemuda.” pemahat malah tenggelam dalam keindahan mata Siti.
dengan sigap pemahat melanjutkan garapannya. kali ini pemahat meluangkan banyak waktu untuk menggarapnya, karena “memahat mata Siti aja aku dah kesulitan” batinnya.
hingga akhirnya pemahat merampungkan garapannya, setelah susah payah ia tenggelam dalam bayang-bayang bibir dan dagu si Siti lagi, dan beberapa orang lain yang ikut serta dalam audisi mencari pola bibir dan dagu tuhan.

pemahat meletakkan pahat dan palu kayu di sebelahnya. sambil memijat leher dan bahunya sendiri pemahat melihat hasil akhir garapannya. dan “selesa sudah garapanku” pemahat tersenyum.
ya tersenyum. yang entah dalam artian apa senyumannya itu, puaskah? atau malah tersenyum getir demi melihat WAJAH TUHANnya.
kau perhatikan seja hasil garapannya!!! dan lihatlah………..

“BONGKAHAN KAYU ITU TA’ TERGORES PAHAT SEDIKITPUN”

 

Jepara, 29 September 2010

Tuhan Main Gila


tuhan

:Ali Zaenal Albar

” Tuhan tuh minta di deketin…”
Entah apa yang tersirat dalAm tu kalimat…

Bukannya Tuhan itu dekat? teramat malah! bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri…!

Entahlah… tetapi sekarang yang kurasakan, setiap kali ku coba tuk berpaling dan menggantiNYA dengan yang lain, seakan ada wajah TUHAN samar-samar terus membayang. Seakan ingin di perhatikan, meskipun diri ini juga tertarik tuk dekat dengannya, demi melihat belukar-berduri yang terus menghalangi langkah ini….

“Tuhan tuh kaya’ wanita yang berhijab” satu statement yang keluar dari kawan Tuhan.
Anggapan seperti ini benar juga. Sjenak ku berdamai dengannya…
Keberadaannya dengan cadar semakin membuat kita penasaran, dan tertariklah kita tuk berupaya penuh usaha dami kedekatannya, tuk melihat dengan jelas pesona elok wajahnya…, Entahlah…, Kaya’-kaya’nya Tuhan lagi maen petak umpet ma kita…

Dan yang lebih parah… TUHAN masangin susuk di lsetiap lubuk hati insan, tuk dekat dengannya…

Dan aku pun terjebak dalam PERMAINAN GILA TUHAN

 

Jepara, 01 April 2010